Profil & Kisah Sukses

25 November 2020

Putu Mawa, Perintis Usaha Cokelat Yang Sukses di Desa Gumbrih

Oleh: Istri Darmiyati

Desa Gumbrih, Pekutatan Jembrana, terletak di ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut..

Sebagian besar penduduknya hidup dari bercocok tanam. Mereka menanam kelapa, durian, manggis, cengkeh dan kakao. Tanah di desa ini ternyata memberi rasa yang khas pada biji kakao yang mereka tanam.

Sebelum terjun ke bisnis cokelat, Pak Putu adalah seorang programer computer. Suatu saat ketika pulang ke desanya, Pak Putu merasa sangat sedih melihat biji kakao seolah tidak ada harganya.

Di tahun 2005, Pak Putu beserta beberapa orang rekannya, membentuk sebuah kelompok tani yang diberi nama  SARI BUMI, SUBAK ABIAN MERTA NADI di Dusun Serong, Desa Gumbrih, Pekutatan, Jembrana, Bali.

Meski ada beberapa jenis komoditi yang dihasilkan dari pertanian di sana, tetapi yang mendapat prioritas untuk dikembangkan adalah  budi daya tanaman kakao.

Pada tahun 2006, kelompok tani yang beranggotakan 17 KK ini, mendapat pendampingan sebuah yayasan yang berasal dari Amerika yang bernama USAID, yang mengajarkan tehnik budi daya kakao yang berkualitas, atau biji kakao yang difermentasi.

Pada tahun 2009, mereka mendapatkan pelatihan dari pemerintah melalui program  GERNAS KAKAO, melalui intensifikasi di mana UPH (Unit Pengelolaan Hasil) Sari Bumi  mendapatkan bantuan berupa: bangunan gudang, Box Fermentasi, Timbangan dan Thermometer.

Kapasitas produksi UPH Sari Bumi per tahun untuk kakao fermentasi mencapai 10 ton kering, yang sudah bersertifikasi UTZ (sertifikasi standar untuk berkelanjutan tanaman kakao untuk pasar Eropa).

Setelah beberapa tahun berjalan, proses fermentasi begitu dirasakan manfaatnya oleh petani karena biji kakao harganya menjadi meningkat.

UPH Sari Bumi kembali mengajukan proposal bantuan untuk bisa difasilitasi bantuan mesin untuk  pengolahan biji  kakao menjadi cokelat.

Akhirnya, pada tahun 2015 pemerintah memfasilitasi dengan:

  • Sebuah Bangunan pabrik ukuran 12 x 8 m²
  • Empat unit mesin, yaitu:

- Mesin roasting

- Mesin winowing (pengupas biji)

- Mesin pemasta

- Mesin tempering

  • Satu unit Show Case
  • Dua unit AC
  • Satu unit banguan galeri

Sebelum fasilitas itu terealisasi, mereka sudah melakukan riset, dan beberapa kali dibantu oleh pemerintah berupa pemberian pelatihan bagaimana mengolah cokelat yang berkualitas di Balai Diklat Indonesia di Makasar, dan di Universitas Hasanuddin, Makasar.

Barulah di tahu 2016, mereka mulai beproduksi dan mendapat ijin edar dari Departemen Kesehatan, dan dengan didukung 4 tenaga terampil yang berlatar belakang pengalaman di bidang pertanian, mereka mampu menghasilkan:

  • Kakao Mass
  • Dark Chocolate
  • Milk Chocolate

Dalam sehari mereka mampu memproduksi 300 batang cokelat dengan berat masing-masing 35 gr dan Kakao Mass sebanyak 50 kg.

Mengenai pemasaran, dipasarkan di beberapa supermarket, penjualan online di Bukalapak dan Blanja.com juga melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram.

Untuk kakao mass, mereka bekerja sama dengan beberpa hotel dan restaurant yang ada di Bali. Untuk produk eksklusif mereka yaitu Dark Chocolate, mereka baru saja membuka link untuk dipasarkan di Toronto, Kanada.

Karena usaha mereka dianggap inspiratif, mereka seringkali mendapat kunjungan dari tamu negara, wisatawan maupun mereka yang ingin belajar tentang pembuatan cokelat.

Harapan kedepannya, Pak Putu beserta anggota kelompok taninya ingin agar semua hotel dan restaurant di Bali mulai memakai produk mereka, karena kualitasnya sama dengan produk import.

Beliau juga sangat berharap, ke depannya generasi muda akan semakin banyak terjun di bidang pertanian.

(Narasumber: Putu Mawa)

Profil Penulis:Istri Darmiyati

Editor: Desak Pusparini

Daftar Artikel