Profil & Kisah Sukses

25 October 2020

Kisah Sukses I Komang Arnawa, Pengusaha Gula Semut Dari Desa Amerta Bhuana Selat, Karangasem, Bali

Oleh: Istri Darmiyati

Di daerah Karangasem, tepatnya di seputaran Kecamatan Selat, lebih kurang 9 km dari bibir kawah Gunung Agung, adalah area yang  sangat cocok untuk tumbuh kembang pohon aren, atau dalam bahasa Bali disebut Jaka.

Kita  bisa lihat jajaran pohon aren tumbuh dengan suburnya. Masyarakat memanfaatkan pohon aren untuk berbagai keperluan, salah satunya adalah untuk membuat GULA AREN, atau GULA BALI.

Pengolahan aren mulai dari menyadap nira (tuak) sampai proses pembuatan gula masih dilakukan secara tradisional, benar-benar merupakan industri rumahan masyarakat di sana. Kemasan, maupun cara pemasarannya juga dilakukan dengan sangat sederhana. Sehingga kualitas gulanya pun tidak bertahan lama.

Hal ini menggelitik hati seorang putra daerah I Komang Arnawa yang berasal dari  Banjar  Dinas Muntig, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, Karangasem untuk berbuat sesuatu.

Sebagai putra dari orang tua yang sejak lama menggeluti usaha pembuatan gula aren, Pak Komang melanjutkan usaha orangtuanya dengan mencari terobosan baru yang membuat gula aren bisa bertahan lama. Maka lahirlah idenya untuk membuat gula aren yang  berupa kristal atau butiran halus, yang akhirnya dikenal dengan nama Gula Semut.

Tamatan S1 Penjas ini, sangat memahami bahwa ke depannya, Gula Semut mempunyai prospek yang sangat  bagus karena akan semakin banyak orang yang mengerti, bahwa gula merah (termasuk gula semut) jauh lebih aman untuk dikonsumsi daripada gula putih (gula dari tebu ataupun umbi-umbian lainnya).Terutama bagi mereka yang menderita diabetes.

Karena kalori yang terkandung dalam gula aren lebih kecil daripada kalori yang terkandung dalam gula pasir. Gula aren memiliki nilai Indeks Glikenik (GI) sebesar 35 sedangkan gula pasir Indeks Glikeniknya 58.

Indeks Glikenik (GI) adalah skala atau angka yang diberikan pada makanan tertentu berdasarkan seberapa besar makanan itu meningkatkan kadar gula darah .

Skala yang digunakan adalah angka mulai 0-100

GI rendah bila angkanya kurang dari 50

GI sedang bila angkanya antara 50-70

GI tinggi bila angkanya di atas 70

Ayah dari dua orang putri cantik Ni Putu Maura (8 tahun)  Dan Ni Kadek Resita(4 tahun), mulai serius menjalankan bisnis gula semutnya sejak tahun 2017, setelah erupsi gunung Agung usai.

Keluarga serta masyarakat di sekitarnya juga ikut dilibatkan, dengan maksud untuk bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat di sekitarnya.

Bantuan dari pemerintah juga sangat baik, secara berkesinambungan memberikan arahan tentang cara pemasaran baik secara online, maupun offline sehingga Gula Semut produksinya semakin dikenal di wilayah Bali.

Bahan baku masih mencukupi untuk produksinya, tetapi Pak Komang Arnawa, pengusaha muda yang baru berusia 35 tahun ini sudah mulai membudidayakan penanaman pohon aren untuk mengantisipasi peningkatan pemesanan Gula Semut di masa mendatang.

Ketika membuat merek untuk produksi gula semutnya, Pak Komang terisnpirasi dari pucuk daun aren yang masih muda, yang sering dipakai sebagai sarana upacara keagamaan yang disebut AMBU.

Ambu selalu berada paling atas dan menjulang ke langit. Dalam bahasa Sansekerta, Ambhu berarti bau wangi dan juga menjulang tinggi .

Pak Komang juga memasukkan nama desanya, Amerta Bhuana, yang  bila disingkat, menjadi AmBhu.  Jadi kata AMBHU dalam hal ini, mempunya dua makna, yaitu daun aren muda (Ambu) dan Amerta Bhuana.

Mengenai perizinan juga sudah dikantongi seperti izin usaha, izin produksi, izin edar dan sertifikasi Halal, sehingga kualitas produk Gula Semut Ambhu tidak perlu diragukan lagi.

Satu yang masih diharapkan dari pemerintah adalah mesin packaging otomatis, sehingga penampilan kemasan Gula Semut produksi Desa Amerta Bhuana layak masuk ke tempat-tempat yang lebih berkelas.

Dengan kerja kerasnya dan visi yang jauh ke depan I Komang Arnawa beserta istri Ni Made Seriani tetap berjuang di masa pandemi ini agar usahanya bisa terus berjalan.

Tetap optimis dan percaya suatu saat nanti, desa kecil di lereng Gunung Agung, Desa Amerta Bhuana ini akan menjadi sentra produksi Gula Semut yang berkualitas, yang pemasarannya kelak bisa merambah pasar Internasional.

Pak Komang juga sedang mengupayakan agar nantinya, proses pembuatan Gula Semut dari awal sampai akhir, bisa dijadikan atraksi yang menarik untuk wisatawan, sehingga akan menambah destinasi wisata di wilayah Karangasem.

Semoga suatu saat nanti, Ambhu Bali, sesuai dengan filosofi namanya akan menjadi produk unggulan yang dikenal dunia, dan membawa harum nama Desa Amertha Bhuana serta memberi manfaat yang luar biasa untuk masyarakatnya.

(Narasumber: Bpk I Komang Arnawa)

Profil Penulis : Istri Darmiyati, GA


Editor: Desak Pusparini

Daftar Artikel