Profil & Kisah Sukses

01 November 2020

Made Suparta, Penggerak Usaha Di Desa Bukti, Singaraja, Bali

Oleh: Istri Darmiyati

Made Suparta, làhir  41 tahun lalu di sebuah desa kecil yang bernama Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Singaraja. Dilahirkan dalam keluarga petani yang sangat sederhana, membuat Made Suparta harus membiayai sendiri sekolahnya hingga mampu menamatkan pendidikan di bangku SMP.

Keinginannya untuk terus menambah ilmu  membuatnya nekat mendaftar di sekolah setingkat SMA yaitu di Sekolah Pertanian Menengah Atas ( SPMA) yang berjarak 3 km dari rumahnya. Untuk mencapai sekolahnya, dia harus berjalan kaki  naik turun bukit yang lumayan curam.

Pada  semester pertama Pak Made ini sudah terancam tidak bisa meneruskan sekolahnya karena masalah biaya. Namun, berkat bantuan kepala sekolahnya,  Pak Made diberi pekerjaan sebagai penjaga sekolah, dengan upah Rp 7500 perbulan. Akhirnya, tahun 1998 Pak Made berhasil  menamatkan sekolahnya.

Setamat SMA, Pak Made bekerja pada seorang pemilik hotel terbesar di Bali sebagai tukang kebun. Lalu tahun 2001 diberi kepercayaan sebagai supervisor di salah satu bisnis Agro Wisatanya.

Tahun 2003 Pak Made mengundurkan diri dari pekerjaannya tersebut dan bekerja sebagai Supervisor Research and Development Masyarakat Uni Eropa. Namun, pada tahun 2006 semua kontrak proyek tersebut tidak diperpanjang di Indonesia, hingga akhirnya semua terhenti.

Saat itu pula, Made Suparta  memutuskan untuk terjun sebagai petani, dan memilih menggeluti usaha peternakan sapi Bali dan budidaya ketela pohon dan jagung untuk kebutuhan sehari-hari juga untuk keperluan pakan ternaknya.

Desa Bukti merupakan daerah yang beriklim kering dengan curah hujan yang sangat rendah. Desa yang berjarak sekitar 19 km dari Singaraja ini, merupakan dataran rendah, dengan geografis lahan yang datar, sampai berbukit dengan ketinggian 0- 150 meter di atas  permukaan laut. Penduduknya sekitar 4.030 jiwa yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak.

Pada tahun 2007, Pak Made yang adalah suami dari Ibu Ni Ketut Sutiani ini mengembangkan diri dengan membentuk   Kelompok Tani - Ternak Kerti Winangun. Berkat semangat Pak Made dan anggota kelompok tani ini,  mereka sudah mendapat pengakuan berupa beberapa penghargaan seperti:

Tahun 2016, sebagai Juara Nasional Program Kampung Utama

Tahun 2017, mendapatkan penghargaan Anugerah Peternakan Nasional

Tahun 2020, sebagai juara 1  Kampung Iklim Lestari di tingkat  Nasional.

Luas Desa Bukti yang mencapai 625 ha, berupa tanah tegalan sekitar 527 ha, dan dari jumlah tersebut 275 ha ditanami ketela pohon, 150 ha ditanami jagung, dan sisanya ditanami tanaman holtikultura serta tanaman perkebunan seperti mangga, pisang, kelapa, dan lainnya.

Dilihat dai hasil produksi ketela pohon yang rata-rata 37,5 ton/ha dan 10.312 ton/tahun adalah jumlah yang sangat cukup untuk makanan pokok warganya dan sisa yang ada hanya dipakai pakan ternak, membuat Pak Made berpikir dan berinovasi agar produk yang dihasilkan bisa mempunyai nilai ekonomi yang lebih baik.

Akhirnya timbullah ide dari Pak Made untuk membuat tepung Mocaf. Berkat bimbingan dari Badan Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTP Bali) tepung Mocaf akhirnya berhasil diproduksi dan dipasarkan.

Tepung Mocaf adalah tepung yang terbuat dari ketela pohon yang sudah difermentasi, sehingga kanjinya saat proses fermentasi akan mengendap. Endapan inilah yang nantinya akan dipakai sebagai pakan ternak sapi.

Tepung mocaf berbahan 100% ketela pohon yang bisa digunaka sebagai pengganti tepung terigu dan sangat cocok dikonsumsi oleh mereka yang alergi terhadap gluten. Tepung ini juga diperkirakan bisa mencegah diabetes dan autis, tapi tentunya masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Kegiatan pembuatan tepung Mocaf, dikelola oleh ibu-ibu yang menjadi anggota Kelompok Tani Wanita Sekar Sari, Desa Bukti yang berjumlah 21 orang.

Dengan adanya aktivitas pembuatan tepung Mocaf ini, banyak perubahan yang dialami warga antara lain:

  1. Membuka lapangan kerja bagi masyarakat Desa Bukti
  2. Meningkatkan nilai ekonomi ketela pohon, yang tadinya dipakai pakan ternak, sekarang menjadi tepung Mocaf yang bisa dijual.
  3. Meningkatkan semangat para petani untuk terus menanam ketela pohon, karena pasar yang menampung hasil panen sudah tersedia. Mereka juga sudah memiliki mesin pengolahan tepung, sehingga tidak ada hasil panen yang terbuang.
  4. Ada tambahan keuntungan Rp 2000/kg dari sekedar dijadikan gaplek seperti sebelumnya.
  5. Adanya prestasi yang diperoleh baik di tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, maupun Nasional karena berhasil dalam mengembangkan tanaman lokal, pelestarian lingkungan Zero Waste (tanpa limbah terbuang). Serta mampu menyediakan pangan non beras, karena tepung Mocaf bisa diolah menjadi beras analog, kue-kue basah dan sebagainya.

Melihat keberhasilan pembuatan tepung mocaf ini, akhirnya masyarakat dibantu dengan pengadaan  mesin produksi, perlengkapan serta bahan produksi pengolahan ketela pohon untuk tepung mocaf oleh Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Buleleng senilai Rp 200.000.000 dan pada tahun 2019 ditambah lagi senilai Rp 150.000.000.

Mereka juga mendapat bantuan mesin untuk mengepak tepung mocaf tersebut. Untuk meningkatkan sumber daya manusia di Desa Bukti, mereka bekerja sama dengan BPTP Bali, ITB, PT Indonesia Power Unit Pemaron Singaraja, Undiksha Singaraja, UNUD, Universitas Panji Sakti Singaraja, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng dan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten.

Terobosan berikut yang sedang dikerjakan di Desa Bukti sejak tahun 2019 adalah melakukan inovasi dengan membangun desa kegiatan pemberdayaan masyarakat, dengan program BANANA SMART VILLAGE (DESA CERDAS BERBASIS PISANG) dengan target penanaman pisang seluas 120 ha dalam jangka waktu  5 tahun ke depan.

Dengan semangat juang yang sudah nampak dari kecil, ayah dari Ni Luh Sri Artaningsih, Ni Made Sari Widyaningsih dan I Nyoman Wira Adi ini, mampu menggerakkan  usaha di desa Bukti dan sudah mendapat pengakuan serta penghargaan di tingkat Nasional.

Semoga harapan Made Suparta untuk mendapatkan bantuan sistem pengairan yang baik, bisa segera terpenuhi, sehingga mereka bisa terus menanam tanpa tergantung pada curah hujan.

Profil Penulis: Istri Darmiyati

Editor: Desak Pusparini

Daftar Artikel