Produk
21 October 2020
KOPI ROBUSTA PUPUAN
Selain kopi arabika Kintamani yang ditanam di dataran tinggi Kintamani, Kabupaten Bangli, di Bali juga dihasilkan kopi robusta yang sejak lama telah ditanam di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Pohon kopi di Pupuan ditanam pada ketinggian antara 700 hingga 1000 meter dpl, bersama dengan tanaman cokelat yang konon memberikan rasa khas cokelat pada kopinya. Dibandingkan pohon kopi arabika, pohon kopi robusta lebih tahan terhadap serangan penyakit dan tetap menghasilkan rasa yang konsisten meskipun ditanam di dataran rendah.
Meskipun telah dibudidayakan secara turun-temurun, keunikan dan kelebihannya baru bersinar setelah terbitnya sertifikat Indikasi Geografis untuk kopi robusta Pupuan pada tahun 2017, sebelas tahun setelah kopi arabika Kintamani. Populernya kopi dari berbagai daerah di Indonesia dipercaya sebagai tanda telah mulainya gelombang ketiga (third wave) kopi di Indonesia, saat di mana penikmat kopi juga merasa perlu tahu segala sesuatu tentang kopi yang diseruputnya.
Kadar kafein kopi robusta hampir dua kali lipat kopi arabika sehingga secara umum rasanya lebih pahit, dengan keasaman lebih rendah. Kopi robusta Pupuan unik, tidak terlalu pahit, karena ditanam di tempat yang terbilang tinggi dibandingkan dengan daerah penghasil kopi robusta lainnya. Petani kopi di Pupuan semakin memahami makna speciality yang diharapkan dari kopinya sehingga mereka bersemangat untuk memperbaiki cara merawat tanaman, memetik buah, dan memproses buah menjadi biji kopi. Mesin-mesin modern pun telah dipergunakan sehingga biji kopi yang diproses secara natural, honey, semi-washed dan full-washed bisa ditemui.
Sebagian kecil petani telah mendapatkan sertifikasi organik bagi kopinya, dan sebagian yang lainnya sedang berusaha mengikuti langkah ini. Selain menerapkan budidaya kopi menggunakan pupuk organik, petani kopi di Pupuan juga menerapkan subak. Subak merupakan sistem pengairan untuk mengairi sawah atau perkebunan yang telah dipraktekkan secara turun-temurun di Bali. Sistem subak ini terbukti mampu memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan produksi. Hal tersebut berkaitan dengan kesepakatan antar para petani untuk tidak menggunakan bahan kimia berupa pupuk buatan pabrik, atau pestisida yang berbahan kimia. Para petani di Bali memang memegang prinsip Tri Hita Karana yang merupakan sebuah filosofi yang berpusat pada usaha untuk menjaga perdamaian dan ketenangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya.
Data sepuluh tahun terakhir dari ICO (International Coffee Organization) menunjukkan adanya kenaikan proporsi penjualan kopi robusta terhadap kopi arabika. Hal ini tentu merupakan angin segar bagi petani kopi robusta. Mungkin ini ada kaitannya dengan fakta bahwa kopi robusta biasanya dipakai dalam produk minuman kopi kekinian (dikombinasikan dengan susu) yang semakin populer.