Produk
03 October 2020
Kopi Kintamani
Kopi Kintamani Bali adalah biji kopi yang dihasilkan dari tanaman kopi arabika yang ditanam di dataran tinggi Kintamani dengan ketinggian lebih dari 900 mdpl, tepatnya di Desa Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Kawasan Kintamani berada di lereng gunung berapi Batur dengan jenis tanah entisol dan inceptisol, serta bercurah hujan tinggi selama 6 hingga 7 bulan.
Kopi arabika di sana terbentuk dari beberapa varietas yang terseleksi, ditanam di bawah pohon penaung dan dikombinasikan dengan tanaman lain, dikelola dengan baik dan diberi pupuk organik.
Kopi Kintamani menjadi salah satu dari tiga kopi Indonesia yang mendapat sertifikat HAKI dengan Indikasi Geografis. Kopi Kintamani memiliki keunggulan yang diakui konsumen mancanegara, di antaranya citarasa yang khas, tahan hama penyakit, berbuah lebat serta produktivitas tinggi.
Selain menerapkan budidaya kopi menggunakan pupuk organik, petani kopi di Kintamani juga menerapkan subak. Subak merupakan sistem pengairan untuk mengairi sawah atau perkebunan yang telah dipraktikkan secara turun-temurun di Bali. Sistem subak ini terbukti mampu memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan produksi. Hal tersebut berkaitan dengan kesepakatan antar para petani untuk tidak menggunakan bahan kimia berupa pupuk buatan pabrik, atau pestisida yang berbahan kimia. Para petani di Bali memang memegang prinsip Tri Hita Karana yang merupakan sebuah filosofi yang berpusat pada usaha untuk menjaga kedamaian dan ketenangan antar manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya.
Para petani kopi Kintamani juga memiliki kesepakatan atau aturan bahwa petani kopi dilarang memanen kopi yang tidak berwarna merah, karena kopi yang berwarna merah merupakan kualitas kopi yang bagus. Petani yang melanggar kesepakatan itu akan mendapat sanksi adat.
Popularitasnya yang sudah mendunia menjadikan kopi Kintamani sebuah obyek yang banyak diteliti. Ukuran biji dan cita rasanya konsisten dari waktu ke waktu. Pada derajat sangrai sedang (medium roast), kopi Kintamani menunjukkan hasil sangrai yang homogen. Hasil analisis sensorial menunjukkan bahwa selama bertahun-tahun rasa kopi Kintamani memiliki tingkat keasaman reguler yang mencukupi, mutu dan intensitas aroma yang kuat, dengan aroma buah jeruk (rasa jeruk dan jeruk nipis), tidak terlalu pahit dan tidak sepat, serta kekentalan sedang.
Petani kopi Kintamani secara tradisi melakukan proses pengolahan yang dikenal dengan istilah wet process. Dalam metode ini bagian buah kopi dibuang dulu (proses pembuangan dilakukan sambil direndam air) sebelum proses pengeringan. Proses pengolahan tersebut akan menjadikan warna biji kopi Kintamani lebih terang dibandingkan dengan kopi-kopi lainnya di Indonesia.