Pengetahuan Produk

16 November 2020

Tumpek Wariga, Kearifan Lokal Bali Dalam Menjaga Lingkungan

Oleh: Istri Darmiyati

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Hindu di Bali sangat tergantung pada aneka bunga serta buah-buahan sebagai  sarana penunjang dalam beribadah.

Itulah yang membuat hampir di setiap rumah orang Hindu di Bali, paling tidak ada satu pohon bunga (kebanyakan pohon Jepun/Kamboja) dan beberapa tanaman lain yang biasa dipakai untuk membuat sesajen seperti pandan harum, pandan berduri dan sebagainya, tergantung ketersediaan lahan.

Di daerah pedesaan, yang biasanya rumah penduduknya mempunyai pekarangan yang lebih luas, pasti memiliki lebih banyak macam tanaman bunga seperti Cempaka, Sandat (Kenanga besar), Jempiring, Mitir, dan sebagainya, serta aneka tanaman buah seperti pisang, sawo, jeruk, tebu, manggis, kelapa dan sebagainya.

Kami percaya bahwa semua bunga, buah serta tanaman lainnya bersumber dari kekuatan Ida Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai Dewa Sangkara.

Sebagai rasa terimakasih  atas ketersediaan segala macam tumbuhan, baik yang untuk dikonsumsi, ataupun yang dimanfaatkan sebagai sarana upacara keagamaan, umat Hindu di Bali mempunya hari raya yang disebut dengan TUMPEK WARIGA, yang dirayakan setiap 210 hari, setiap Hari Sabtu Kliwon, Wariga dalam perhitungan kalender Bali. Atau sekitar 25 hari sebelum Hari Raya Galungan tiba.

Salah satu  yang khas di hari tersebut yaitu umat Hindu menghaturkan Bubur Sumsum, sebagai ungkapan terimakasih kepada Dewa Sangkara yang telah memberikan “jiwa” kepada semua tanaman sehingga bisa tumbuh subur, dan diharapkan agar buah ataupun bunga yang dihasilkan banyak dan bisa dimanfaatkan di hari raya Galungan dan hari-hari raya lainnya.

Itu juga yang menyebabkan, hari raya TUMPEK WARIGA sering disebut dengan hari TUMPEK BUBUH.

Ungkapan terimakasih kepada Dewa Sangkara sebagai salah satu manifestasi dari Hyang Widi, merupakan bagian dari Tri Hita Karana, yaitu menjaga hubungan yang  harmonis antara manusia dengan alam, dalam hal ini  hubungan yang harmonis antara manusia dengan tumbuh-tumbuhan.

Sebagai manusia, kita membutuhkan semua yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan, mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan buahnya.

Sudah sepantasny lah kita menanam, merawat, memelihara tumbuhan dengan baik, sehingga kita bisa menikmati hasilnya.

Di Bali, yang paling nyata bisa dilihat di areal persawahan. Petani tidak hanya menanam padi dan palawija, tetapi juga beraneka ragam bunga, seperti pohon pacar air, mitir, teratai, ratna dan bahkan pohon pandan wangi. Sehingga banyak sawah menjadi tampak indah, beraneka warna, dan sering dipakai sebagai tempat untuk berekreasi masyarakat sekitarnya.

Intinya, kita butuh, kita tanam, kita manfaatkan, begitu terus secara berkesinambungan sehingga alam akan tetap lestari.

Profil Penulis: Istri Darmiyati

Editor: Desak Pusparini

Daftar Artikel